Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Dua Jam Bersama Poconggg

Bisa nonton Poconggg Juga Pocong itu rasanya kayak ngebelah atmosfer bumi, terbang ke atas nyampe ke bintang, dan tiba-tiba ada babon terbang nggak jauh dari gue. Lompat aja deh gue ke leher babon yang bulu-bulunya mirip banget sama sulak (bukannya sulak emang dari bulu ayam ya?). Yeah, akhirnya gue bisa nonton PJP juga. METAAAAL   \m/. Setelah bertahun-tahun gue nunggu, setelah seminggu penuh gue berkutat dengan UAS yang sampe sekarang bikin gue galau, setelah gue bisa makan ayam bakar, setelah gue bisa bakar menyan, setelah gue ngelahap kembang... ARGGGHH!!! Sebenernya di sekolah masih banyak acara. Masih ada classmeeting, ngrencanain foto butah, ngumpulin tugas-tugas yang sampe UAS selesai belum kelar-kelar juga, dan yang paling penting nan wajib dilakukan adalah...nggosip!! Biasalah, anak cewe (Lo cewe Sar? Gue kira babon! *kagak usah ketawa!*). Dengan pede yang setinggi mercusuar di Pantai Pandansari, gue berangkat sekolah pukul 10 pagi. Sampe di sana, temen-temen gue pa

Mungkinkah Kau Kembali

Ayah, tengoklah ke belakang lihatlah ke kursi itu seseorang telah menunggumu dua jam dia telah menunggumu Ayah, hampirilah dia mungkin saja dia sangat ingin bertemu denganmu mungkin saja itu sangat penting Tapi ayah, aku tak tahu kalau dia adalah Izrail sungguh aku tak tahu dan mungkinkah kau sebentar saja kembali untukku? Tepi sepi, 13 Februari 2011

Sinarilah Aku

Matahari, sinarilah aku agar aku bisa terus bergerak mendekati bintangku menuju planet-planet lain yang selalu berotasi mengambil asteroid yang melayang-layang menghentikan laju komet hingga aku sampai ke galaksi lain Matahari, sinarilah aku agar aku juga bisa menyinari sekitarku menebarkan kehangatan menebarkan energi positif kepada setiap insan Matahari, sinarilah aku Tepi sepi, 13 Februari 2011

Kegentingan Hati

Terlalu lama aku terkurung Dalam cemburu yang terus menderu Saat mencoba kembali ke jalan yang telah lalu Di situlah ingatan terus menghantu Dakian gunung yang selama ini kulakukan Hanya menghasilkan perih Sangat perih Hingga aku tak ingat lagi Bagaimana saat aku merasa tak sakit Andai dulu aku diberi kesempatan Untuk mengambil haluan Takkan pernah aku bertemu denganmu tentunya Dan haluan itu hanya membayangi saja Sampai aku tak tahu jalan pulang Musnahlah kau dari pikiranku Hilanglah kau dari ingatanku Izinkan aku untuk melupakanmu Tepi sepi, 8 Februari 2011

Gerimis Bulan Oktober

Aku rindu pada gerimis bulan Oktober Kala tanah selalu basah Kala sungai penuh dengan air yang mengurai Aku menunggu gerimis bulan Oktober Kala siang yang terik mulai menyerang Kala ubun-ubun mulai menguap Aku masih menunggu gerimis bulan Oktober Kala zaman telah berubah Kala orang sudah bisa menurunkan hujan sendiri dengan pesawat ataupun helikopter Kala orang sudah cerdas menciptakan teknologi-teknologi modern Masih Dan aku tetap menunggu gerimis bulan Oktober Walaupun hujan telah turun di bulan September

Bahwa Kau dan Aku Tak Sama Lagi

Rebahkan aku di atas padang pasir luas membentang Di bawah langit biru yang terlihat lebih dekat di pupil coklat mata Bahwa jarak kita bukanlah sejauh jalan aspal hitam Jogja-Jakarta Atau seluas samudera beriak di tepinya Kau ada di tempat nun jauh Dimana insan tak bisa menjamahnya Uluran tanganmu hanya menimbulkan gagasan tersirat di setiap halaman hidup Bahwa segala kata yang kau ucap adalah panjatan doa padanya Segala tingkah yang kau lakukan adalah tak sekalipun kelakuan buruk Segala harta yang kau keluarkan sungguhlah dihargai di kalangan mereka Bahwa jalan lurus nan teduh terbentang jauh di depan tubuhmu yang hitam dan kurus Tinggallah kau turut saja rerumputan hijau di tepinya Maka kau akan sampai di gapura bertuliskan ‘Selamat datang di Firdaus’ Bahwa kau dan aku hanya sampai di tepi jurang ini hanya di atas tebing besar nan keras ini aku bisa berucap Bahwa kau dan aku tak sama lagi Tepi sepi, 4 Desember 2011