Langsung ke konten utama

Always Positive #2

Sumber: Pinterest


Posting-an blog kali ini melanjutkan edisi sebelumnya. Masih ingat gue yang akhir-akhir ini sedang menunggu pengumuman dari perusahaan yang gue lamar kan? Tentang gue yang sedang berusaha membiasakan ber-husnudzon sama Allah? Dan tentang cita-cita gue yang pengin jadi wartawan? Kalau masih belum ingat juga, bisa baca posting-annya di sini.

Setelah berhari-hari gue menunggu pengumuman dari perusahaan media massa yang gue lamar dan setelah hati gue menahan pedih karena teman gue sendiri meng-underestimate kemampuan gue, akhirnya doa-doa yang selama ini gue langitkan dan profesi yang gue cita-citakan sejak SMP terjawab sudah. Alhamdulillah gue lolos menjadi wartawan perusahaan media massa cetak di Surabaya, Jawa Pos! Persis dua belas tahun yang lalu gue mulai mengidamkan bisa diterima di posisi ini. Memang nggak mudah untuk bisa mencapai tingkat ini, nggak mudah juga bisa selalu fokus dengan satu titik tujuan.

Gue yakin banyak orang di luar sana yang mungkin cita-cita di masa kecilnya berbeda dengan kenyataan yang sedang dijalani saat ini. Gue pun sebelum bercita-cita menjadi seorang wartawan, sempat bercita-cita menjadi guru. Tapi setelah gue pikir-pikir, sebenarnya menjadi guru itu bukanlah kemauan gue, melainkan dorongan dari Ibuk. Jadi, profesi sebagai wartawanlah yang sebenarnya dari hati selalu gue angankan. Ternyata menjaga cita-cita tetap di kepala itu nggak mudah ya, kek menjaga mood-nya doi biar perhatiannya ke kita nggak pernah pudar. Sedaaap.
Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. (Donny Dhirgantoro)
Karena cita-cita gue ini benar-benar tulus dari hati, gue berusaha agar dia nggak lepas dari pikiran gue. Memang benar wejangan dari Kak Donny Dhirgantoro di bukunya 5 cm, bahwa cita-cita itu harus selalu mengambang di pikiran kita agar setiap hari kita yakin bisa meraihnya. Sejak awal masuk SMP gue aktif di ekskul majalah dinding dan buletin sekolah. Saat SMA gue juga sempat ikut lomba majalah dinding, ikut merintis majalah sekolah meski nggak disetujui pihak sekolah untuk terbit, dan ikut pelatihan menulis feature mewakili SMA.

Lulus SMA gue pengin masuk jurusan S1 Ilmu Komunikasi, tapi mungkin gara-gara waktu itu gue nggak fokus dan sempat goyah juga cita-citanya, akhirnya gue cuma bisa masuk di D3 Hubungan Masyarakat. Namun, mendapatkan jurusan yang kurang sesuai dengan cita-cita sebagai wartawan, nggak lantas membuat gue berhenti belajar jurnalistik. Gue gabung di radio komunitas kampus di bagian reporter. Di sana skill jurnalistik gue makin terasah. Setelah lulus D3, gue masih pengin melanjutkan S1. Pada akhirnya gue bisa juga kuliah di jurusan S1 Ilmu Komunikasi. Ternyata gue termasuk orang yang idealis ya? Memang!

Gue selalu merasa bila Allah nggak pernah main-main dengan urusan doa-doa tulus dari hambanya. Gue bersyukur sekali doa-doa dan cita-cita gue ini akhirnya tercapai. Ke depannya, gue yakin masih banyak rintangan yang tak kalah besar. Namun, gue harus selalu percaya dan berdoa bahwa selalu ada Allah yang menguatkan gue.

Tentang orang-orang yang selalu meng-underestimate kemampuan, gue yakin 100% orang-orang seperti itu bakalan terus ada di kehidupan gue. Namun, gue pun harus menempatkan orang-orang yang seperti itu sebagai orang yang berjasa di kehidupan gue. Karena apa? Orang yang memberi luka itu memang sudah ditakdirkan Allah ada di kehidupan gue. Namun, luka itu nggak boleh membuat gue berputus asa, luka itu sejatinya membuat gue semakin mendewasa.

Buat kalian yang sedang memperjuangkan mimpi atau cita-cita yang tulus dari hati, mulai sekarang fokuslah untuk menggapainya. Jangan biarkan mimpi-mimpi itu pergi begitu saja terganti dengan mimpi-mimpi yang lain. Jangan lupa selalu berdoa dan husnudzon sama Allah. Satu lagi, jangan mau mimpimu patah cuma gara-gara di-underestimate sama orang lain. Hidup kita nggak boleh dikontrol sama orang lain, guys!

Komentar

  1. Proud of you bu! Bener, nggak mudah fokus dan memperjuangkan satu mimpi. Aku contohnya, Hhaha.. Km keren banget bertahan sampe di titik ini. Selamat nikmati hari" selanjutnya bu. See you, Surabaya! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu karena kamu yg awalnya menginspirasiku bu. Makasih banyak 😄🙏🏻 See you, kutunggu di Surabaya!

      Hapus

Posting Komentar

Jangan jadi Silent Readers ya. Tinggalkan comment di sini.. :)

Postingan populer dari blog ini

Always Positive

Beberapa hari ini ada yang mengganjal di hati gue. Pengin banget bisa ngomong unek-unek di dalam dada kepada orang yang bikin gue sakit hati. Semua ini bermula dari pertemuan gue dengan seorang teman. Seperti biasa kami saling bercerita tentang kesibukan kami. Hingga ada di suatu kala gue cerita tentang usaha gue menunggu pengumuman dari suatu perusahaan media massa yang tempo hari gue lamar. Gue memang dari dulu bercita-cita menjadi wartawan. Saat gue ketemu teman itu berarti sudah lewat delapan hari dari pelaksanaan ujian tahap terakhir di perusahaan itu. Gue memang masih berharap dan husnudzon sama Allah agar mengabulkan cita-cita gue kerja di perusahaan itu. Gue pernah baca tentang anjuran berdoa dalam keadaan yakin akan dikabulkan alias berprasangka baik sama Allah. Gue pun mencoba menerapkan untuk berprasangka baik sama Allah, berpikir positif, dan berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatif yang mungkin bisa saja terjadi. Ya, gue memang nggak menganggap reme...

I'm Back Guys

Halo semuanya. Sudah lama ya gue nggak menulis di blog. Kapan ya terakhir? Kayaknya pas gue masih D3. FYI setelah gue lulus D3, gue lanjut kuliah lagi di jurusan S1 Ilmu Komunikasi (dan sudah wisuda kemarin Desember). Masih di Solo juga kok kuliahnya. Dulu gue nggak aktif menulis di blog karena ada beberapa hal. Yang pertama, semenjak gue kuliah di S1, gue udah lengser jadi reporter radio komunitas FiestA FM (itu bukan typo, memang tulisannya pakai huruf A kapital). Saat masih menjadi reporter, gue merasa terdorong untuk menulis karena memang tuntutan tugas. Tapi menulis blognya berpindah ke blog/web radio, bukan blog pribadi ini. Hahaha. Terlengsernya gue dari reporter membuat gue beralih sibuk menulis materi kuliah atau tugas. Alih-alih bisa menulis blog, mengerjakan tugas saja masih kurang-kurang waktu. Yang kedua karena gue mulai punya teman-teman baru dan hobi main. Sepanjang kuliah S1 kemarin, gue tinggal di kost terus, nggak seperti saat D3 yang sempat menumpang...