Langsung ke konten utama

Postingan

JURNAL SAYA : Menjadi Wartawan

Sumber: Pinterest Beberapa orang bertanya, kenapa saya mau jadi wartawan? Profesi yang banyak menghabiskan waktu di luar ruangan. Panas-panasan di bawah matahari, sampai mungkin lupa makan hanya untuk sebuah berita. Beberapa orang lainnya menanyakan, kenapa saya memilih media cetak? Media yang paling konvensional. Paling lamban update dan sering membuat bosan. Dari kecil saya memang sudah memilih profesi wartawan media cetak. Itu sudah saya pikirkan sejak SMP. Di mana kala itu saya baru senang-senangnya ikut ekskul mading. Wartawan itu profesi yang tidak mudah. Tak boleh terburu-buru. Harus detail dan yang paling penting mesti jujur. Secara pelan tapi pasti, saya menggali informasi dari seseorang atau kelompok. Terkadang saya mengumpulkan data-data berupa angka atau tulisan. Menganalisisnya satu per satu. Lalu saya mulai menulis kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga menjadi rangkaian paragraf dalam satu berita. Berita-berita itu dengan mudah sampai di
Postingan terbaru

Always Positive #2

Sumber: Pinterest Posting -an blog kali ini melanjutkan edisi sebelumnya. Masih ingat gue yang akhir-akhir ini sedang menunggu pengumuman dari perusahaan yang gue lamar kan? Tentang gue yang sedang berusaha membiasakan ber- husnudzon sama Allah? Dan tentang cita-cita gue yang pengin jadi wartawan? Kalau masih belum ingat juga, bisa baca posting -annya di sini . Setelah berhari-hari gue menunggu pengumuman dari perusahaan media massa yang gue lamar dan setelah hati gue menahan pedih karena teman gue sendiri meng-underestimate kemampuan gue, akhirnya doa-doa yang selama ini gue langitkan dan profesi yang gue cita-citakan sejak SMP terjawab sudah. Alhamdulillah gue lolos menjadi wartawan perusahaan media massa cetak di Surabaya, Jawa Pos! Persis dua belas tahun yang lalu gue mulai mengidamkan bisa diterima di posisi ini. Memang nggak mudah untuk bisa mencapai tingkat ini, nggak mudah juga bisa selalu fokus dengan satu titik tujuan. Gue yakin banyak orang di luar sana

Always Positive

Beberapa hari ini ada yang mengganjal di hati gue. Pengin banget bisa ngomong unek-unek di dalam dada kepada orang yang bikin gue sakit hati. Semua ini bermula dari pertemuan gue dengan seorang teman. Seperti biasa kami saling bercerita tentang kesibukan kami. Hingga ada di suatu kala gue cerita tentang usaha gue menunggu pengumuman dari suatu perusahaan media massa yang tempo hari gue lamar. Gue memang dari dulu bercita-cita menjadi wartawan. Saat gue ketemu teman itu berarti sudah lewat delapan hari dari pelaksanaan ujian tahap terakhir di perusahaan itu. Gue memang masih berharap dan husnudzon sama Allah agar mengabulkan cita-cita gue kerja di perusahaan itu. Gue pernah baca tentang anjuran berdoa dalam keadaan yakin akan dikabulkan alias berprasangka baik sama Allah. Gue pun mencoba menerapkan untuk berprasangka baik sama Allah, berpikir positif, dan berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatif yang mungkin bisa saja terjadi. Ya, gue memang nggak menganggap reme

I'm Back Guys

Halo semuanya. Sudah lama ya gue nggak menulis di blog. Kapan ya terakhir? Kayaknya pas gue masih D3. FYI setelah gue lulus D3, gue lanjut kuliah lagi di jurusan S1 Ilmu Komunikasi (dan sudah wisuda kemarin Desember). Masih di Solo juga kok kuliahnya. Dulu gue nggak aktif menulis di blog karena ada beberapa hal. Yang pertama, semenjak gue kuliah di S1, gue udah lengser jadi reporter radio komunitas FiestA FM (itu bukan typo, memang tulisannya pakai huruf A kapital). Saat masih menjadi reporter, gue merasa terdorong untuk menulis karena memang tuntutan tugas. Tapi menulis blognya berpindah ke blog/web radio, bukan blog pribadi ini. Hahaha. Terlengsernya gue dari reporter membuat gue beralih sibuk menulis materi kuliah atau tugas. Alih-alih bisa menulis blog, mengerjakan tugas saja masih kurang-kurang waktu. Yang kedua karena gue mulai punya teman-teman baru dan hobi main. Sepanjang kuliah S1 kemarin, gue tinggal di kost terus, nggak seperti saat D3 yang sempat menumpang

Touring ke Pok Tunggal

Beautiful? Absolutely! Di kampus kami memang belum ada pengumuman resmi libur akhir semester. Tapi kami sudah keranjingan ketika kuliah kami sudah usai—yah, walaupun masih harus mengumpulkan satu tugas lagi—dan kami tak mau menyia-nyiakan waktu hanya untuk berdiam diri di rumah atau di kos. Biarlah sedikit penat itu hilang. Biarlah kami bersenang-senang sebentar. Well, kita semua butuh piknik sesekali, bukan? Kami berencana untuk touring ke Pantai Pok Tunggal yang berada di Gunungkidul, Yogyakarta. Dan rencana itu bukan menjadi wacana belaka. Kami ber-18 Senin kemarin berangkat ke Pantai Pok Tunggal dengan mengendarai motor dari Solo. Saat itu, sepertinya alam memang tidak merestui perjalanan kami. Hujan turun di sepanjang jalan Klaten-Gunungkidul. Walaupun begitu, kami tetap bisa bersenang-senang karena hujan mereda ketika kami sampai di Pantai Pok Tunggal. Siang itu, langit masih menyisakan mendung. Banyak yang kami lakukan di sana. Kami seperti kawanan bebek yang berlari

Aku Masih Ingin Bersamamu

Aku suka mengamati langit pagi yang selalu mekar seperti kelopak bunga yang sungguh besar dari balik jendela kamarku. Aku suka mengamati perubahan saat malam temaram menjadi cahaya terang. Tapi sungguh aku tak suka perubahan yang ada padamu, kawan. Aku suka kau yang dulu, yang selalu terbuka denganku, yang selalu menjejalkan semua masalah-masalahmu ke dalam otakku. Lihatlah aku, tak berubah sama sekali, kan? Masih seperti dulu, tak punya apa-apa, dan gampang sekali untuk dilupakan. Tapi setidaknya aku masih menjadi yang setia kepadamu. Aku masih ingin bersamamu, kawan. Bertarung menantang langit. Mendaki gunung tertinggi sekali pun. Kita bisa berlari bersama-sama melewati hutan belantara. Jangan pernah takut kelelahan, kita masih punya milyaran Joule energi untuk menyuplai tenaga kita sendiri. Atau kita juga bisa bercengkerama dengan Tuhan, mengatakan pada-Nya bahwa mimpi-mimpi kita termasuk yang patut diperhitungkan untuk direalisasikan. Di saat jutaan butir hujan yang sa

Cerita Tentang Sebuah Foto

Aku (berdiri, nomor 4 dari kiri) dan teman-teman SMA 1 Bantul kelas XII IPA 5 (Primitive) Hai teman-teman lamaku. Hari ini, aku kembali melihati foto-foto lama kita lewat komputer lipatku. Lihatlah, foto di atas adalah salah satu foto yang selalu membuatku merasa menjadi orang paling bahagia telah memiliki kalian. Di foto itu kalian tetap tak berubah. Entah bagaimana caranya kalian masih selalu berhasil membuatku melengkungkan garis bibir. Di dalam foto itu, aku berusaha menampilkan wajah paling berseri yang aku miliki. Dan aku tahu, kalian juga melakukan hal yang sama. Kita sama-sama tak ingin mata lensa kamera mengambil gambar muka kita sendiri dengan wajah yang kumal atau pun sedih. Kita berlomba-lomba menampilkan wajah yang ceria dan senyum yang menawan. Tapi terlebih dari semua itu, kalianlah pakar tentang ilmu keceriaan dan ilmu senyum. Tak ada duanya. Kalianlah orang-orang yang selalu mengajariku untuk tersenyum. Kalianlah yang mendoktrinku untuk selalu ceria.